Baterai Mata, Jejak Situs Tentara Nippon Jepang di Tanah Kendari

  • Bagikan
Cagar budaya situs Baterai Mata meriam baja peninggalan Nippon Jepang. Istimewa

KENDARI, ANOA AGENCY. COM – Baterai Mata, adalah salah satu situs sejarah jejak peninggalan tentara Nippon, Jepang, yang berlokasi terletak di Kelurahan Mata, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Bangunan beton kokoh ini, kondisinya masih utuh, lengkap dengan senjata meriam baja penghancur armada musuh di jaman penjajah Jepang dulu.

Baterai Mata berukuran 3×4 meter dan tinggi 2 meter ini, letaknya dekat dengan pemukiman penduduk, yang dulunya difungsikan sebagai pelindung Nippon dari serangan musuh.

Baterai berada di kaki bukit Kelurahan Mata, masih menyisakan tiga lubang terowongan yang kondisinya sudah runtuh dikenal sebagai ‘jalan tikus’ tentara Nippon Jepang pada Perang Dunia II antara tahun 1942-1945.

Lubang fenomenal bersejarah tersebut difungsikan untuk menghubungkan daerah Kelurahan Kesilampe, Kampung Butung, Kampung Salo, hingga Mangga Dua.

Bangunan situs dulunya juga jadi basis utama Jepang menghancurkan armada musuh yang masuk melintasi wilayah perairan dan udara tersebut.

Untuk menyaksikan lebih detail senjata meriam baja buatan amerika dan bekas lubang tentara Nippon, lebih dulu akan menaiki sekitar 22 anak tangga.

Tak jauh dari Baterai Mata terdapat Mortir yang juga peninggalan Nippon Jepang, mortir tersebut dulunya difungsikan untuk menjatuhkan pesawat tempur musuh yang melintas di area udara kekuasaan Jepang.

Kini, kondisi situs sejarah Baterai dan Mortir Mata tetap lestari dan menjadi cagar budaya kebanggaan Kota Kendari.

Sekretaris Kelurahan Mata, Sarnah menyatakan sejak ditetapkan baterai mata sebagai cagar budaya, situs ini jadi studi sejarah pelajar dan mahasiswa di Sultra.

Kerja bakti sebulan sekali, rutin dilaksanakan pihak kelurahan dan warga, sebagai upaya menjaga kebersihan dan kelestarian cagar budaya ini.

“Kami rutin setiap ban kerja bakti, untuk kebersihan dan kelestarian cagar alam meriam jepang,” tukasnya (4/2022).

Area situs bersejarah tersebut kini juga lebih terbuka disaksikan dari kejauhan, pasca adanya proyek pembangunan Jalan Wisata Kendari–Toronipa.

Tim Redaksi

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *