KENDARI. ANOAAGENCY.COM – Pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi Pertalite dan Solar mulai September 2022.
Rencana kenaikan BBM tersebut tuai kritikan di masyarakat di berbagai daerah, termasuk Sulawesi Tenggara (Sultra).
Tokoh Masyarakat Sultra, Dr LM Bariun, turut berkomentar soal kebijakan populer pemerintah yang berencana menaikkan harga BBM.
Menurutnya, pemerintah perlu mempertimbangkan kembali subsidi dan tahan dulu kenaikan harga BBM, pasalnya negeri ini baru menatap perekonomian akibat goncangan Pandemi Covid-19.
Dengan adanya kenaikan harga BBM katanya, maka bisa dipastikan rakyat tambah menjerit kesusahan.
“Harga telur ayam saja yang baru naik rakyat kecil sudah kesusahan, apalagi ditambah harga BBM naik, tambah menjerit!,” tegasnya.
Direktur Pascasarjana Unsultra ini juga menambahkan, akan banyak terdampak bila harga BBM fix naik. Yang riil memicu naiknya harga-harga bahan pokok pasaran.
“Kalau harga BBM dinaikkan pasti akan memicu naiknya harga-harga kebutuhan masyarakat,” ungkap LM Bariun saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (31/8/2022).
Terkait adanya kucuran bantuan pemerintah sebagai imbas kenaikan BBM, ditegaskan LM Bariun, bukan solusi bahkan bisa dinilai keliru.
Sebab, susah mendeteksi penerimanya karena banyak tenaga kerja yang gajinya di bawah standar upah minimum. Apalagi rakyat yang benar-benar tidak bekerja sama sekali.
“Soal bantuan Rp600 ribu keliru kalau dijadikan solutif, sekarang bisakah mendeteksi pekerja di bawah UMR, lantas yang tidak bekerja bagaimana,” katanya.
LM Bariun memberi pandangan kepada pemerintah terkait realisasi kebijakan soal BBM, baiknya tetap menjaga dan mempertahankan stabilitas perekonomian biar lebih tangguh.
Tim Redaksi