Santer Ancang-ancang Money Politik Jelang Pilkada, LM Bariun Sebut Demokrasi Diambang Kehancuran

  • Bagikan
Pengamat Politik Sultra, Dr LM Bariun, SH, MH. Istimewa

Kendari, Suhu politik di Sulawesi Tenggara (Sultra) kian memanas mendekati pemilihan kepala daerah (Pilkada).

Para pasangan calon (paslon) kepala daerah di tingkat gubernur/wakil gubernur bupati/ wakil bupati, dan walikota/wakil walikota terus berkampanye sesuai zona yang ditetapkan, untuk menggalang suara dukungan agar dicoblos di TPS pada 27 November 2024.

Konfigurasi dinamika kampanye pasangan calon kepala daerah jualan program dalam kemasan visi dan misi mereka demi target merebut simpatik masyarakat.

Pertanyaan mendasar apakah ampuh atau justru masyarakat bermasa bodoh? karena fenomena pemilihan kepala daerah bahkan pilcaleg membudaya istilah transaksional politik uang atau money politic.

Pengamat Politik Sultra, Dr LM Bariun menilai jika budaya transaksional tersebut jadi penentu maka jualan para calon tadi diprediksi hanya akan sampai ke pemilih cerdas dan rasional.

Kondisi obyektif mengenai pilkada bahwa kontestasi perhelatan politik 5 tahunan manakala tidak ada terjadi politik transaksional, tapi jika sebaliknya politik pilkada sarat praktek money politik maka dipastikan demokrasi diambang kehancuran yang akan diwariskan ke regenerasi kedepan dan yang ironinya bahwa kader-kader partai yang berkualitas dan punya kemampuan akan tergeser dengan budaya transaksional.

“Apakah kondisi ini kita biarkan?,” ucap LM Bariun.

Terpulang kesadaran kolektif anak bangsa maka dari perspektif wujudkan berdemokrasi yang benar maka Indonesia harus bangkit dari keterpurukan politik berdemokrasi dari berbagai dimensi kehidupan. Bila tidak kata LM Bariun, akan dirasakan oleh generasi Gen Z dan upaya bermimpi Tahun Emas 2045 mungkin hanya jadi slogan belaka.

Pilkada Sultra tahun 2024 ini dengan berbagai dinamikanya, apakah akan menghasilkan pemimpin yang amanah yang berkualitas, berkapabilitas, yang mampu membaca kebutuhan masyarakat Sultra?

“Dan apakah bisa mencetak pemimpin yang bisa memahami kultur budayanya yang 4 pilar selaku konstruksi peradaban Sultra, sisi mengelola SDA, pemberdayaan SDM? Padahal Sultra punya potensi perkebunan, tambang, geografis kemaritiman khususnya nelayan dan potensi lainnya yang beraneka ragam,” tutupnya.

Tim Redaksi

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *